Jiwa Dewan Diduga Hilang, Tunangan Tunjangan Malah Melonjak

Gabungan Mahasiswa, Elemen Masyarakat serta Ojol Melakukan Aksi Unjuk Rasa depan gedung DPRD Kota Sukabumi

MillionBrainHub.com – Jalanan Kota Sukabumi hari ini bukan sekadar tempat lalu lintas, tapi jadi panggung utama rakyat yang bersuara. Ratusan mahasiswa, masyarakat umum, serta rekan-rekan ojek online (ojol) berkumpul dalam aksi demo besar-besaran yang mengguncang Kantor Polres, Balaikota dan DPRD Kota Sukabumi.

Baca Juga : Andres Ajak Perkuat Kepedulian Sosial dan Layanan Masyarakat di HUT Desa Girijaya Cidahu

Demo ini bukan hanya seruan biasa. Mereka datang membawa semangat, tuntutan, dan… satu pertanyaan filosofis: “Apakah jiwa anggota dewan bisa disusupi hingga mereka diam seribu bahasa?”

Awal Ledakan Emosi: Terlindasnya Rekan Ojol, Affan Kurniawan

Pemicu amarah utama datang dari kasus tragis yang menimpa Affan Kurniawan, seorang ojol yang terlindas kendaraan dinas dalam iring-iringan pejabat. Bukannya dapat belasungkawa atau kompensasi, yang muncul justru keheningan abadi dari para anggota dewan — keheningan yang membuat satu kota bertanya:

“Kalau manusia punya empati, kenapa DPRD malah punya mode pesawat permanen?”

Rekan-rekan ojol bersatu, bukan hanya demi keadilan bagi Affan, tapi juga sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang makin sulit disentuh, namun makin rajin mengambil jatah rakyat.

Tuntutan Rakyat: Cabut Perwal, Kembalikan Akal

Demo hari ini tidak datang dengan tangan kosong. Mereka menuntut:

  1. Keadilan dan pertanggungjawaban atas insiden Affan Kurniawan
  2. Pencabutan Peraturan Wali Kota (Perwal) No. 2 dan No. 3 Tahun 2025
    yang mengatur:
    • Tunjangan rumah dinas
    • Tunjangan perjalanan dinas anggota DPRD

Menurut demonstran, Perwal tersebut adalah “lem aibon premium” yang merekatkan uang rakyat ke kantong elite.

“Di tengah masyarakat makan nasi aking, dewan malah nambah karpet di rumah dinas. Rasanya seperti nonton sinetron, tapi yang main uang pajak kita,” celetuk salah satu mahasiswa dengan pengeras suara seadanya.

Diam Seribu Bahasa: Sebuah Fenomena atau Gejala Klinis?

Sejak pagi, massa aksi berorasi di depan Kantor DPRD. Spanduk terentang, mic menyala, massa panas — tapi dari balik gedung, hanya sunyi yang terdengar. Beberapa saksi mata mengaku melihat siluet beberapa orang di balik tirai, namun tidak ada satu pun anggota dewan yang keluar.

Salah satu peserta aksi bahkan sempat berspekulasi:

“Kemungkinan mereka sedang ikut pelatihan Zen Silence Retreat. Tapi sayangnya, kita bukan cari pencerahan, kita cari keadilan.”

Tunjangan di Tengah Kesusahan: Akal Sehat Mungkin Ikut Mengundurkan Diri

Perwal No. 2 dan 3 yang dipermasalahkan memuat kenaikan tunjangan yang cukup fantastis. Berdasarkan bocoran data yang beredar di kalangan aktivis:

  • Tunjangan rumah dinas: 36 juta / Bulan
  • Perjalanan dinas : Bisa mencapai Rp24 juta per anggota, per bulan

Kenaikan ini terjadi di tengah laporan inflasi daerah dan penurunan daya beli masyarakat. Ironisnya, kebijakan ini disahkan nyaris tanpa resistensi.

“Kalau ini bukan pemerkosaan logika, saya tidak tahu harus pakai istilah apa,” ujar salah satu massa demonstran yang ikut turun aksi.

Apa Kata Dewan? Belum Ada. Mungkin Lagi Mencari Kata

Hingga berita ini diturunkan, tak ada satu pun pernyataan resmi dari DPRD Kota Sukabumi atau Wali Kota. Pesan singkat dan permintaan wawancara dari media hanya dijawab dengan centang dua. Beberapa staf menyebut “pimpinan sedang rapat internal penting”.

Kalau memang penting, rakyat hanya berharap isi rapatnya adalah:

“Bagaimana cara mengembalikan jiwa kami yang hilang.”

Jiwa Rakyat Itu Mahal, Tapi Diam Itu Gratis

Demo hari ini adalah pengingat, bahwa suara rakyat belum mati — hanya dibuat nyaris tak terdengar oleh sistem yang terus melindungi diri dengan aturan dan fasilitas mewah.

Ketika ojek online menjadi simbol perlawanan, dan mahasiswa menjadi pengeras suara nurani, kita sedang menyaksikan babak baru drama klasik: Rakyat vs Wakilnya Sendiri.

Dan seperti biasa, penonton hanya berharap akhir ceritanya tidak terlalu klise: yang menang bukan yang punya mikrofon, tapi yang punya keberanian bicara.

Tonton Videonya disini : Demo Besar-Besaran, Diduga Anggota Dewan Disusupi Jiwanya Hingga Diam Seribu Bahasa

Exit mobile version