MillionBrainHub.com — Di tengah derasnya arus dunia digital dan hiruk-pikuk pencarian “trending topic”, satu peringatan tetap abadi dalam hati umat Islam: Maulid Nabi Muhammad SAW. Tahun ini, peringatan Maulid Nabi 2025 berlangsung khidmat di kediaman RH. Hedy Handayana di Kota Bogor — namun di balik lantunan shalawat dan kisah para penceramah, terselip satu pertanyaan satir yang menggelitik: apa yang sebenarnya masih tersisa dari umat Nabi hari ini?
Baca juga : Gara-Gara Kopi dan Lada Indonesia Dijajah, Sekarang?
Kisah yang Tak Pernah Pudar, Tapi Kadang Terlupakan
Acara yang dihadiri berbagai tokoh masyarakat ini diisi oleh penceramah KH. Dede Supriatna, kepala kantor Kementrian Agama Kota Bogor dan KH. Doktor Asep Abdul Wadud, pimpinan Ponpes An-Nur, dengan lantunan ayat suci oleh Ust. Miftah Farid sebagai Qori, serta burdah yang menggema indah dari KH. TB Asep Zulfiqor, pimpinan Ponpes Al-Falakiyah.
Sambutan hangat juga disampaikan oleh RH. Hedy Handayana dan Arief Rusdiman, yang menegaskan pentingnya Maulid bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi momentum refleksi — sejauh mana kita masih meneladani Nabi, bukan sekadar merayakannya.
Namun di tengah suasana syahdu itu, muncul satu renungan jujur dari salah satu jamaah:
“Kita hafal kisah Nabi dari kecil, tapi sering lupa meneladani akhlaknya saat dewasa.”
Kata-kata itu terasa seperti cermin — sederhana, tapi menampar lembut.
Umat Digital: Banyak Like, Sedikit Teladan
Zaman sekarang, memperingati Maulid kadang lebih ramai di feed Instagram ketimbang di masjid. Foto bersorban dan caption religius berseliweran, tapi kadang lupa kalau Nabi tidak mengajarkan branding, melainkan keikhlasan.
Bukan berarti umat harus anti-modern, tapi sekadar pengingat: jangan sampai semangat Maulid berhenti di bingkai foto tanpa makna.
Kisah Nabi, Datang dari Setiap Pembicara
Selama acara berlangsung, kisah-kisah tentang kebesaran Nabi Muhammad SAW terus mengalir. Dari keteladanan beliau dalam memaafkan musuh, hingga kesabarannya menghadapi umat yang belum paham.
Para penceramah sepakat: Maulid bukan hanya mengenang kelahiran Rasul, tapi menghidupkan kembali ajarannya dalam keseharian — di rumah, di tempat kerja, bahkan di ruang digital.
“Semoga kita mendapat pertolongan Nabi Muhammad SAW di akhirat kelak,” tutur KH. Dede Supriatna menutup ceramahnya dengan doa yang diaminkan seluruh jamaah. Ditutup dengan pembacaan doa oleh KH TB Muhidin, Ketua MUI Kota Bogor.
Dan dalam keheningan itu, barangkali kita semua sepakat — umat Nabi masih ada, hanya perlu diingatkan untuk kembali meneladani, bukan sekadar merayakan.
Tonton videonya disini : Memperingati Maulid Nabi Muhammad 2025, Apa Yang Tersisa Dari Umatnya?














