MillionBrainHub.com — Di tengah semangat revolusi digital, big data, dan AI, rupanya masih ada satu topik yang bikin warga Sukabumi turun ke jalan: cacingan.
Ya, Anda tidak salah baca. Bukan soal chip, bukan juga soal robot — tapi cacingan.
Ini bukan lelucon, tapi kenyataan pahit. Dan karena itulah, Ormas Diaga Muda Indonesia bersuara lantang. Mereka berdiri di depan Kantor Dinas Sosial Kota Sukabumi untuk menyuarakan tuntutan yang… tidak tanggung-tanggung.
Copot Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Dinas P3A. Sekarang juga.
Baca Juga : Dikira Demo, Ternyata Bazaar: DPC Gerindra Kota Sukabumi
Kasus Balita Raya: Luka yang Membuka Luka Lama
Tuntutan ini muncul pasca kasus tragis Raya, balita yang meninggal dunia karena cacingan — penyakit yang harusnya sudah dikubur dalam buku sejarah pelajaran SD, bukan di berita utama 2025.
“Ini bukan kasus pertama, dan bukan yang terakhir kalau tidak ada perubahan,” tegas orator aksi.
Menurut mereka, ini hanyalah puncak dari gunung es. Masih banyak “Raya-Raya” lain yang luput dari radar, hidup dalam kemiskinan, dan mati dalam statistik.
Diaga Muda Indonesia: Ormas yang Tak Mau Diam
Bukan kali ini saja Diaga Muda Indonesia bersuara, tapi kali ini mereka membawa nada yang lebih tinggi. Sebab menurut mereka, ini bukan hanya soal satu anak, tapi soal sistem yang membiarkan kematian itu terjadi.
Tiga kepala dinas jadi sorotan utama:
- Dinas Sosial: karena dianggap tidak hadir dalam jaring pengaman keluarga miskin
- Dinas Kesehatan: karena penyakit dasar seperti cacingan masih jadi pembunuh
- Dinas P3A: karena balita seperti Raya seharusnya dilindungi dalam program perlindungan anak
“Kalau cuma sibuk rapat dan bikin dokumentasi kegiatan, lebih baik jadi content creator saja, Pak Bu!” sindir salah satu aktivis yang orasinya viral di TikTok.
Sukabumi: Zaman Serba Digital, Tapi Masih Cacingan
Ironi semakin nyata ketika pemerintah lokal gembar-gembor soal kota pintar, layanan digital, dan aplikasi kesehatan, sementara di lapangan, balita mati karena penyakit yang bisa dicegah dengan obat 2000-an dan edukasi dasar.
Apakah kita sedang terlalu sibuk menciptakan dunia maya, sampai lupa dunia nyata?
