MillionBrianHub.com – Hercules Minta Maaf, pernah dengar kisah tentang seorang mantan preman Tanah Abang yang sekarang jadi Ketua Ormas, mengucap maaf setelah menyulut emosi para jenderal purnawirawan? Ya, ini bukan fiksi. Ini kisah nyata Hercules Rosario Marshal alias Bang Hercules, yang menghidupkan genre baru: “drama militer-ormas berbumbu nostalgia jalanan.”
Baca Juga : Keluh Kesah Pedagang dan Pembeli Pasar Sukabumi: Ingin Nyaman, Malah Dapat Bau dan Macet
Dari “Bau Tanah” ke Baret Merah: Ketika Mulut Tak Sinkron dengan Hormat
Awal ceritanya lumayan sederhana—setidaknya untuk standar dunia maya yang doyan konflik cepat saji. Hercules menanggapi pernyataan Letjen (Purn) Sutiyoso, yang menyebut ormas mirip preman dan mengenakan atribut bak seragam militer. Hercules lalu membalas… dengan menyebut Sutiyoso sebagai “bau tanah.”
Kalimat yang tidak hanya menyalakan amarah, tapi juga menyalakan radar media nasional.
Namun, tak lama setelah itu, Hercules sadar—atau mungkin disadarkan—lalu minta maaf dengan sangat elegan:
“Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada Pak Sutiyoso, anak-cucu, dan semua keluarganya. Karena beliau dari Kopassus baret merah, saya sangat hormat dan kagum,” ucapnya dalam nada yang, kalau dibaca sambil membayangkan backsound sinetron, terasa dramatis sekali.
Babak Dua: Tantangan untuk Gatot dan Ancaman yang Dianggap Biasa
Setelah memberi maaf bak pidato kelulusan, Hercules justru menyalakan api baru. Kali ini, targetnya adalah Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Letjen (Purn) Yayat Sudrajat.
“Saya tidak takut sama Anda dan tidak menghargai Anda,” ujar Hercules kepada Gatot, tanpa jeda untuk tarik napas.
Sementara terhadap Yayat—yang katanya siap menembak kepalanya karena menghina Sutiyoso—Hercules dengan tenang menjawab: tidak takut. Tentu, kalimat ini mengandung nilai seni tinggi dalam dunia drama: keberanian atau kekonyolan, tergantung sudut pandang.
Enter: Jenderal Dudung dan Video Call Penjinak Ego
Lalu muncul tokoh penyelamat, seperti biasa di babak ketiga: Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman, dalam peran khusus sebagai penasihat pertahanan sekaligus peneduh tensi.
Melalui panggilan video—karena jenderal zaman sekarang juga digital—Dudung meminta Hercules untuk… ya, minta maaf.
Dan hasilnya?
“Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada para jenderal. Maafkan ucapan saya yang salah,” kata Hercules, dengan nada yang kali ini lebih TED Talk daripada debat warung kopi.
Masuk Perintah Prabowo: Ormas Jangan Jadi Pemalak, Kalau Ngotot? Bubarkan.
Dalam sesi video call itu, Dudung juga menyampaikan perintah dari Presiden Prabowo Subianto: ormas-ormas yang menyengsarakan rakyat, memalak, atau bikin onar, harus dibubarkan.
Hercules, yang notabene adalah ketua ormas GRIB Jaya, justru sepakat:
“Bubarkan, saya mendukung.”
Sebuah kalimat yang bisa jadi kutipan politik atau meme TikTok—tergantung siapa yang mengedit videonya.
Kesimpulan: Ketika Ego, Ormas, dan Militer Bertemu di Ruang Penuh Mic
Cerita ini bukan soal siapa paling benar, tapi siapa yang paling cepat minta maaf setelah ditelepon jenderal. Hercules, dalam peran utama, membuktikan bahwa dunia ormas juga butuh manuver politik, komunikasi krisis, dan… nomor kontak Jenderal Dudung.
Drama ini belum tentu usai, tapi satu pelajaran jelas: dalam dunia organisasi massa, yang paling kuat bukan otot, tapi siapa yang duluan bilang “Saya hormat dan minta maaf.”
Tonton Juga : Pemerintah Lagi STECU, Makanya Pasar Bau Dan Buat Pedagang Bingung?