MillionBrainHub.com – Di sebuah ruangan yang katanya tertutup tapi bocor juga ke publik, terjadi obrolan panas antara dua aktivis GMNI Sukabumi Raya, Kang Aris dan Kang Rifky, dengan sosok yang mereka sebut sebagai “raja kota” — walikota yang makin hari makin multitugas, atau minimal suka mendelegasikan multitugas ke orang-orang terdekatnya.
Baca Juga : Yandra Utama Santosa dan Misi Suci KNPI Sukabumi Mubarakah
Topik utama? Bukan harga cabai atau harga diri, tapi soal Tim Percepatan Komunikasi Pembangunan—tim yang, menurut GMNI, lebih cepat dari cahaya tapi entah ke mana arahnya.
“Ini bukan tim komunikasi, ini tim keluarga berencana yang sukses,” celetuk Kang Rifky dengan tawa setengah getir.
Pasalnya, menurut GMNI, tim ini menabrak langsung Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2025 yang berbicara tegas soal efisiensi anggaran. Tapi nyatanya, tim ini justru berisi bukan ASN, melainkan nama-nama yang akrab—terlalu akrab, kalau boleh dibilang.
ASN Kosong, Kerabat Penuh: Siapa Saja Orangnya?
GMNI menyebut beberapa nama yang menarik untuk dicermati:
- Ubaydillah – katanya manusia tiga dimensi. Selain masuk dalam Tim Percepatan Komunikasi, dia juga menjabat sebagai Dewan Pengawas RS Bunut dan Dewas PDAM Kota Sukabumi. Belum ketahuan apakah dia juga pegang warung kopi di sore hari.
- Jamaludin Afgani, sang ADC Walikota, juga masuk tim ini. Menariknya, istrinya, Ani Nurhayati, juga ikut nimbrung. Mungkin ini bentuk komunikasi pembangunan yang harmonis dalam rumah tangga?
- Dindin Jalaludin, adik Walikota, juga disebut-sebut. Sayangnya, namanya lebih dulu dikenal lewat status mantan narapidana korupsi. “Rehabilitasi sosial, mungkin?” sindir Kang Aris.
- Lalu, muncul nama Gulam, yang diduga kuat merupakan anak Walikota sendiri. Dalam surat undangan resmi APEKSI, namanya tercantum sebagai Direktur PD Walyuda. Ya, ini mungkin bagian dari regenerasi birokrasi ala dinasti keluarga.
GMNI: Pemuda Bukan Boneka, Kami Bicara Fakta
Kang Aris dan Kang Rifky menegaskan bahwa GMNI tidak sedang main-main. Obrolan panas ini bukan isapan jempol atau hoaks warung kopi.
“Kami bicara berdasarkan dokumen, bukan berdasarkan bisik-bisik tetangga sebelah,” tegas mereka.
Menurut mereka, ketika Inpres bicara efisiensi, Pemkot malah bicara efisiensi versi keluarga — tak perlu seleksi panjang, cukup undang makan malam.
Tonton Videonya, Lihat Sendiri Fakta Dibalik Tim Kilat
GMNI berpesan kepada masyarakat untuk membuka mata dan telinga. Obrolan lengkap bisa disaksikan melalui tautan berikut (kalau belum di-take down).
Tonton videonya lengkap di sini
Penutup: Kota Sukabumi Butuh Komunikasi, Bukan Komplotan
Kota ini tak kekurangan orang pintar, tapi mungkin kekurangan kesempatan bagi mereka yang tak punya marga atau relasi. Obrolan panas ini membuka tabir tentang bagaimana komunikasi pembangunan bisa jadi alat untuk membangun kepercayaan—atau justru membangun istana kecil di dalam kantor pemerintahan.
GMNI hanya mengingatkan: Pemuda hari ini bukan penonton. Mereka bicara, bertanya, dan bila perlu—bertindak.