MillionBrainHub.com – Bincang panas kembali bergulir. Kali ini, giliran PMII Kota Sukabumi, lewat Ketua Kang Ulum dan Sekretaris Kang Arsal, yang menyulut api diskusi soal 100 hari kerja Wali Kota Ayep Zaki. Bukan debat receh soal citra, tapi soal janji yang tak kunjung jadi nyata: kesehatan gratis untuk masyarakat.
Baca Juga : Keluh Kesah Petani Paket Lengkap
“Kami apresiasi semangatnya, tapi kalau RSUD dan Puskesmas masih narik biaya, lalu gratisnya di sebelah mana?” tanya Kang Ulum.
Kesehatan Gratis: Retorika Kampanye atau Program Nyata?
PMII menilai, hingga hari ke-100, belum terlihat ada sistem layanan kesehatan gratis yang dijanjikan. Baik di RSUD Kota Sukabumi maupun di puskesmas, masyarakat masih harus membayar. Bahkan dalam beberapa kasus, biaya obat bisa bikin warga berpikir dua kali antara sembuh atau utang.
“Jangan-jangan, ini model kesehatan preventif ala pemerintah: masyarakat sehat karena takut ke rumah sakit,” kata Kang Arsal, separuh serius, separuh getir.
PAD Naik 61%? PMII: Naiknya dari Mana? Jangan-Jangan dari Pasien?
Salah satu klaim yang digaungkan Wali Kota Ayep Zaki adalah kenaikan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar 61%. Sebuah angka yang terkesan ajaib—kalau tidak mau dibilang kabur dari logika.
PMII menantang klaim tersebut.
“Kalau PAD naik tapi rakyat makin bayar mahal untuk berobat, apa jangan-jangan rumah sakit dijadikan sumber pemasukan?” cetus Ulum.
Padahal, menurut mereka, rumah sakit dan puskesmas seharusnya jadi tempat pengeluaran PAD demi pelayanan publik, bukan ladang panen pungutan.
Parkiran 81 Juta per Tahun? Ini Parkir Kota atau Parkir Sepeda?
PMII juga menyoroti sektor lain yang belum optimal. Salah satunya adalah setoran parkir dari Dishub yang disebut-sebut hanya Rp81 juta per tahun.
“Ini angka yang sangat ajaib. Apakah parkir di kota ini hanya untuk sepeda lipat?” tanya Arsal, sambil membandingkan jumlah kendaraan yang hilir mudik tiap hari.
Pasar-pasar di Kota Sukabumi juga dipertanyakan. Dengan aktivitas ekonomi yang ramai, kontribusinya ke PAD dinilai jauh dari potensial.
“Kalau pasar tidak bisa menyumbang besar, lalu kemana larinya uang dari transaksi harian? Kantong bocor atau sistem bolong?” sindir PMII.
Tantangan untuk Wali Kota: Berani Ambil Alih & Bersihkan?
PMII memberikan sinyal tegas: bersihkan PAD dari kebocoran, ambil alih titik-titik lemah pengawasan, dan jadikan rumah sakit serta layanan publik sebagai tempat pengabdian, bukan hanya perhitungan.
“Berani tidak Wali Kota membersihkan jalur pendapatan dari kebocoran? Berani ambil alih manajemen pasar, parkiran, dan audit rumah sakit?” tanya Ulum.
Penutup: Janji Politik Boleh Manis, Tapi Rakyat Juga Punya Ingatan
Seratus hari adalah waktu yang cukup untuk membuktikan niat baik, atau menyusun alasan rapi. Masyarakat bisa memahami proses, tapi mereka juga paham bedanya antara progres dan pencitraan.
PMII hanya menuntut satu hal: kesesuaian antara ucapan dan tindakan.
“Kalau PAD naik tapi rakyat sakit tetap bayar mahal, itu bukan prestasi. Itu ironi,” tutup Kang Arsal.
Tonton Video lengkapnya : Walikota Sukabumi Berbisnis Dengan Warga Yang Sedang Sakit? Disaat PAD Naik 61%, Kok Bisa?