MillionBrainHub.com – Lahan HGU, Di tengah geliat pembangunan yang katanya pro rakyat, sekelompok petani di Desa Langensari memilih tetap membajak tanah, alih-alih membajak APBD. Mereka bukan aktor sinetron politik, melainkan anggota Persaudaraan Petani Suryakencana Sukabumi (PPSS), yang dipimpin oleh sosok bersahaja tapi keras kepala: Herlan Conoras.
Baca Juga : Cetak KTP di Disdukcapil Kabupaten Sukabumi, Mimpi Digital Realita Pahit
Di sebuah lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) milik PT Perkebunan Nusantara yang kini lebih banyak ditumbuhi harapan ketimbang pohon teh, kami berbincang hangat dengan Herlan. Di sela-sela asap rokok kretek dan tawa getir, ia bercerita tentang perjuangan panjang yang lebih berdarah dari sekadar konflik agraria: perjuangan untuk hidup.
“Dulu kami cuma dianggap pengganggu, sekarang kami jadi prioritas,” ujar Herlan sambil tersenyum sinis, mengacu pada keberhasilan kelompoknya memasuki daftar lokasi prioritas reforma agraria (LPRA). Tentu saja, semua ini tak terjadi begitu saja. Di belakang mereka berdiri Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), yang dengan konsistensi seperti hujan di musim penghujan, terus mendorong negara agar benar-benar berpihak pada petani—bukan hanya pada papan reklame.
Dari Lahan Sengketa ke Ladang Kehidupan
Lahan seluas ratusan hektare yang dulu hanya menyisakan cerita lama kolonialisme ekonomi, kini mulai ditanami harapan baru. Tidak, bukan dalam bentuk vila atau proyek “eco resort”, tapi ladang wortel, kebun jeruk, dan tanah garapan yang memberi makan, bukan janji.
“Negara katanya hadir, tapi dulu kami nunggu sampai jam istirahat pun nggak pernah datang. Untung ada KPA,” kata Herlan sambil menunjukkan dokumen pengakuan LPRA. Ia dan rekan-rekannya kini bisa mulai bertani tanpa dihantui ketakutan akan digusur secara tiba-tiba, kecuali tentu oleh wacana revisi kebijakan.
Satire Tanpa Lelucon: Tanah untuk Siapa?
Satu pertanyaan menggantung di udara Desa Langensari yang sejuk: jika tanah dikuasai negara atas nama rakyat, mengapa rakyat harus berjuang mati-matian untuk mengaksesnya?
Reforma agraria bukan sekadar soal membagi lahan. Ini soal membagi ulang logika kekuasaan yang lama menganggap petani sebagai masalah, bukan solusi. Dan jika reforma agraria akhirnya berjalan, mungkin itu bukan karena negara sadar, tapi karena rakyatnya terlalu keras kepala untuk menyerah.
Tonton perbincangan lengkap kami dengan Herlan Conoras dalam video ini:
Klik di sini untuk menonton