MillionBrainHub.com – Pernahkah Anda mengurus surat pengantar RT hingga SKTM yang butuh waktu lebih lama dari masa tanam padi? Jika ya, maka Anda akan mengerti keresahan Feri Sanjaya, sosok yang dulu dikenal sebagai CEO DEDIGO – Desa Digital Global. Kini, dia bukan siapa-siapa—setidaknya bukan lagi CEO. Tapi justru karena itu, ceritanya makin menarik.
Baca Juga : Ketika Bidan Menjadi Superhero Generasi Bangsa
Dalam sebuah podcast bincang santai (yang sebenarnya tidak terlalu santai karena penuh kejutan), Feri mengungkap bagaimana ide gilanya dimulai dari hal yang sangat sederhana: “Kenapa urusan administrasi desa itu seperti menunggu sinyal 2G di daerah pegunungan?”
Ruang Desa: Mimpi Digital di Tengah Sawah
Sebelum menjadi DEDIGO, semuanya bermula dari ide sederhana bernama Ruang Desa—sebuah platform digital yang katanya bisa membuat warga mengurus surat menyurat tanpa harus menyimpan kopi untuk Pak RT. Bayangkan, cukup klik, unggah, dan voila, surat Anda jadi tanpa harus datang pakai sandal jepit ke balai desa.
Ide ini lahir bukan dari seminar startup fancy, tapi dari kegelisahan nyata seorang Feri melihat warga desanya ‘dipingpong’ oleh meja-meja birokrasi. “Saya cuma ingin bikin sistem yang bikin warga nggak perlu datang tiga kali hanya buat minta tanda tangan,” katanya dalam podcast.
Semua Berubah Saat Wakil Presiden Masuk Timeline
Namun seperti kisah klasik startup Indonesia, segalanya berubah ketika datang telepon dari Sekretariat Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ruang Desa, yang awalnya sederhana dan lokal, mendadak harus berdandan nasional. Nama pun ganti, platform disulap jadi lebih “berkelas”, dan lahirlah: DEDIGO – Desa Digital Global. Global? Ya, meskipun sinyalnya masih sering ngadat.
Kerjasama ini membawa angin segar—sekaligus tekanan udara yang cukup tinggi. Platform makin kompleks, ekspektasi makin tinggi, dan dunia Feri Sanjaya berubah dari coding santai jadi rapat-rapat formal dengan orang-orang bersetelan. “Dulu saya pakai kaos oblong, sekarang harus bisa bedakan kemeja semi-formal dan formal banget,” ujarnya sambil tertawa, sedikit getir.
Kenapa Feri Sanjaya Keluar dari DEDIGO?
Nah, inilah yang membuat podcast ini jadi wajib tonton. Setelah sukses membawa DEDIGO dikenal hingga ke kementerian dan jadi solusi digitalisasi desa di berbagai daerah, Feri Sanjaya memilih keluar dari DEDIGO. Apakah karena tekanan politik? Konflik visi? Atau karena kangen coding sambil ngopi?
Dalam podcast, Feri menjawab semuanya—dengan gaya yang tetap santai, tapi mengandung banyak pelajaran manajemen, teknologi, dan filosofi hidup. “Kadang, meninggalkan sesuatu yang kita bangun bukan berarti gagal. Tapi karena waktunya sudah selesai,” ucapnya penuh makna, seperti guru kehidupan versi 4G.
🎙️ Tonton Podcastnya Sekarang!
Kalau Anda penasaran kenapa Feri memilih pensiun dini dari DEDIGO dan apa langkah gilanya berikutnya, tonton podcast lengkapnya di sini. Siapa tahu Anda jadi terinspirasi untuk bikin “Ruang RT”, atau setidaknya sadar bahwa birokrasi desa memang butuh lebih dari sekadar WiFi.