MillionBrainHub.com – Di tengah kegembiraan masyarakat yang sibuk mempersiapkan diri menyambut Idul Fitri, Bupati Sukabumi secara resmi membuka Operasi Pasar Bersubsidi (OPADI) di Kantor Desa Padaasih. Tak sekadar seremonial biasa, ini adalah momen di mana pemerintah mencoba menjadi pahlawan dengan membawa paket sembako yang katanya sangat dibutuhkan oleh warga. Namun, pertanyaannya: apakah ini solusi jangka panjang, atau hanya pertunjukan Ramadhan yang menunggu lebaran berlalu?
Baca Juga : DPR RI Mengesahkan RUU TNI, Ada 4 Perubahan
Kegiatan ini, yang digelar oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Sukabumi, memfokuskan pada distribusi 5709 paket sembako di Kecamatan Cisaat. Dari jumlah itu, 3000 paket khusus ditujukan untuk Desa Padaasih—yang tampaknya kebetulan terpilih untuk jadi tuan rumah acara ini. Paket sembako yang dibagikan berisi beras, gula, minyak, dan terigu, dengan harga per paket yang cukup bersahabat: hanya Rp 72.000. Cukup untuk menjawab kebutuhan perut, meski tak bisa menjawab kebutuhan hati yang lebih dalam.
Kadis Dagin, Dani Tarsoni, menjelaskan
Bahwa ini adalah bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang disalurkan melalui Kantor Pos, seolah-olah kantor pos tiba-tiba menjadi agen penyelamat kebutuhan pokok menjelang Lebaran. Ini tentu sangat menyenangkan—selama Anda tidak terlalu memikirkan berapa banyak biaya yang sebenarnya dikeluarkan untuk menjalankan operasi pasar ini. Tapi, siapa yang peduli dengan detail itu? Yang penting adalah bahwa operasi pasar ini ada, dan rakyat bisa membeli sembako dengan harga lebih terjangkau—meskipun tidak tahu sampai kapan subsidi ini bisa bertahan.
Bupati Sukabumi pun tidak tinggal diam dalam merespons keberhasilan operasi pasar ini. Dengan penuh semangat, ia memberikan apresiasi kepada Disdagin Kabupaten Sukabumi, dan bahkan memuji inisiatif ini sebagai langkah positif untuk “mewujudkan Sukabumi yang Maju, Unggul, Berbudaya, dan Berkah.” Namun, apakah mungkin untuk meraih itu semua dengan hanya mengandalkan pembagian sembako menjelang Lebaran? Bukankah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan lebih penting daripada kegiatan sesaat yang hanya berlangsung selama beberapa minggu?
Dua Momen
Bupati juga menambahkan bahwa ada dua momen utama yang harus dicatat dalam kegiatan ini: silaturahmi di bulan Ramadhan dan pendistribusian pangan bersubsidi. “Keduanya merupakan hal penting dan bermanfaat secara sosial,” katanya. Jadi, sambil menunggu momen Lebaran, kita semua diingatkan untuk tetap menjaga hubungan sosial—meskipun sebagian besar dari kita lebih tertarik pada isi paket sembako daripada filosofi di balik acara ini.
Pada akhirnya, Bupati juga ikut menyerahkan bantuan paket sembako kepada warga. Sebuah simbol kepedulian—atau mungkin, sebuah pertunjukan yang mengingatkan kita bahwa politik dan kesejahteraan rakyat memang kadang bisa tumpang tindih, terutama menjelang perayaan besar. Mungkin ini saat yang tepat untuk bertanya, apakah kita lebih membutuhkan operasi pasar atau operasi pemikiran untuk menciptakan solusi jangka panjang?
Idul Fitri Semakin Banyak Kebutuhan
Sementara itu, mari kita sambut Lebaran dengan senyum manis dan paket sembako yang dibagikan. Setelah semua berakhir, kita akan kembali bertanya: Apakah ini hanya momen indah Ramadhan, ataukah langkah nyata menuju kesejahteraan yang lebih berkelanjutan?
Tonton Juga : Perempuan Juga Punya Harapan! Pilih Paslon dengan Program