MillionBrainHub.com — Angin dari Paris mulai berhembus ke selatan Jawa Barat. UNESCO, lembaga bergengsi yang gemar memberikan label “keren” pada warisan alam dan budaya dunia, dikabarkan akan kembali melakukan revalidasi terhadap Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu. Ya, status geopark global kita ini tengah diuji: apakah masih layak dipertahankan, atau harus pasrah dilepas perlahan dari pelukan internasional?
Baca Juga : KDM dan Pak Bupati Mau Benerin Jalan Rusak Gak Sih?
Kabar ini ditanggapi langsung oleh General Manager Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu, Aat Suwanto, yang baru saja menjabat sekitar 4 bulan—alias masih anget seperti tahu bulat. Dalam sebuah sesi podcast yang kini tengah naik daun di kalangan pegiat geopark dan penggemar obrolan serius tapi santai, Pak Aat blak-blakan menjelaskan bahwa revalidasi ini bukan hanya soal label, tapi juga harga diri geopark di mata dunia.
“Kita nggak bisa santai. Tim sudah kami bentuk, dan kami bersiap. Ini bukan cuma soal batu dan air terjun, tapi tentang keberlanjutan dan pengakuan dunia,” tegas Aat, dengan gaya bicara yang tenang tapi penuh tekanan.
Tentu, dia tidak sendirian. Ada juga Pak Ade Suryaman—tokoh multitalenta yang kini menjabat sebagai Ketua Badan Pengelola Geopark. Bersama tim yang katanya “sudah siap tempur”, mereka akan menyambut revalidasi ini bukan dengan senyum diplomatik saja, tapi juga dengan bukti nyata di lapangan.
Geopark Ciletuh: Antara Alam, Wisata, dan Gimmick TikTok?
Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu bukan sekadar kumpulan tebing, pantai, dan curug yang estetik. Ia adalah bagian dari UNESCO Global Geopark Network sejak 2018. Tapi status itu tidak permanen. Setiap empat tahun, status geopark bisa direview. Layaknya hubungan LDR, perlu pembuktian agar tetap dipercaya.
Dalam podcast itu, Aat juga membocorkan arah pembangunan ke depan: ingin lebih inklusif, edukatif, dan lestari. Tapi tentu, semua itu butuh sinergi: dari pemerintah, komunitas lokal, sampai traveler milenial yang lebih sering cari spot selfie ketimbang informasi geologi.
“Kami ingin geopark ini jadi ruang belajar, bukan sekadar tempat viral,” ungkapnya, menyentil halus tren wisata cepat saji ala medsos.
UNESCO datang, Siapkah Kita? Atau Kita Baru Akan Siap Saat Dinilai?
Revalidasi UNESCO ini bisa jadi titik balik. Apakah Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu masih pantas disandingkan dengan geopark dunia lainnya, atau malah hanya jadi objek wisata musiman yang kehilangan arah pembangunan?
Satu yang pasti: kerja keras tim, strategi pelibatan masyarakat, dan arah kebijakan akan diuji. Karena UNESCO tidak menilai dari drone shot dan baliho, tapi dari bukti nyata: keberlanjutan, konservasi, edukasi, dan keterlibatan masyarakat.
Penasaran dengan obrolan lengkap Pak Aat?
Simak podcast-nya, karena di sana kita bisa melihat: apakah Geopark Ciletuh hanya cantik di foto, atau memang siap bertahan di panggung dunia.