MillionBrainHub.com – Di tengah aroma kopi Gedong Mahoni dan semangat pembangunan yang konon makin “Mubarakah”, Bupati Sukabumi H. Asep Japar tampil sebagai pahlawan birokrasi, menghadiri pelantikan pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Sukabumi. Tidak sendirian, beliau didampingi Sekda H. Ade Suryaman, dalam sebuah seremoni yang sekaligus meluncurkan program digitalisasi kesehatan dengan nama yang tak kalah heroik: SRIKANDI (Sistem Rekam Informasi Kesehatan dan Administrasi Digital IBI). Nama yang terdengar seperti aplikasi Marvel versi Puskesmas.
Baca Juga : Dedi Mulyadi Cecar Walikota Ayep Zaki: Dana Abadi Buat Pinjaman? “Sebulan Juga Hilang!”
Bidan: Garda Terdepan, Tapi Gajinya Masih Biasa-Biasa Aja
Dalam pidatonya, Bupati Asep Japar memuji profesi bidan sebagai “garda terdepan keselamatan dan kesehatan generasi bangsa.” Sebuah pernyataan yang memang benar adanya — karena siapa lagi yang rela bangun tengah malam demi menolong persalinan sambil tetap ramah menyapa warga yang tidak bawa KTP?
Lebih lanjut, beliau menyebut bidan sebagai ujung tombak dalam kemajuan bidang kesehatan. Meski belum jelas, apakah tombaknya ini sudah diberi tunjangan atau masih pakai dana pribadi. Yang pasti, kata beliau, bidan hidup berdampingan dengan masyarakat, bahkan terkadang lebih dekat daripada keluarga sendiri — terutama saat kontraksi datang.
Srikandi Digital: Dari Buku Catatan ke Layar Sentuh
Peluncuran SRIKANDI menandai transformasi digital sektor kebidanan. Kini para bidan bisa mencatat informasi pasien dengan jari, bukan lagi dengan bolpen yang tintanya suka hilang. Program ini diharapkan mempercepat pelayanan, mengurangi birokrasi, dan — tentu saja — mempercantik presentasi data saat laporan tahunan.
Tak hanya itu, Bupati juga menyelipkan promosi program layanan kesehatan gratis di Puskesmas. Program ini melibatkan para bidan sebagai ujung tombak lagi-lagi, meski kemungkinan besar mereka juga jadi bagian dari “ujung pengajuan anggaran.”
Ketua IBI: Semangat, Profesional, dan Siap Adaptasi
Ketua IBI Kabupaten Sukabumi, Ani Andriyani, tampil tak kalah berapi-api. Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa IBI siap mendukung visi Sukabumi yang Mubarakah (Maju, Unggul, Berbudaya, dan Berkah). Komitmen ini bukan main-main, karena katanya, organisasi akan terus meningkatkan profesionalitas dan adaptasi di tengah perubahan — termasuk perubahan jadwal kunjungan yang suka dadakan.
“Mari kita jaga solidaritas dan semangat profesionalitas,” ujarnya, dengan nada yang mengingatkan kita bahwa jadi bidan itu bukan cuma soal medis, tapi juga mental.
Penutup: Ketika Bidan Bukan Sekadar Profesi, Tapi Jalan Hidup
Dari pelantikan ini, kita belajar bahwa bidan bukan sekadar tenaga kesehatan. Mereka adalah psikolog darurat, konselor keluarga, petugas gizi, dan sekarang, bagian dari sistem digital terintegrasi bernama SRIKANDI. Apakah ke depan mereka juga harus bisa coding? Siapa tahu.
Yang jelas, di tangan para bidan dan kebijakan seperti ini, masa depan kesehatan Sukabumi punya peluang untuk bukan hanya sehat, tapi juga berkelas. Asal aplikasinya nggak error saat sinyal hilang.
Tonton Juga : MAAF EX WAPRES KAMI BUKA DISINI! Ex CEO DEDIGO Buka Suara! Ini Aplikasi Keren, Kenapa Gak Terkenal?